Jaringan Komunikasi 6G
Menuju Visi Jaringan Komunikasi 6G
Jaringan komunikasi nirkabel generasi kelima (5G) sedang digunakan di seluruh dunia mulai tahun 2020, kini lebih banyak kemampuannya yang sedang dalam proses standarisasi, seperti mass-connectivity, ultra-realibility, dan jaminan low-latency.
Namun, 5G sepertinya tidak akan memenuhi semua persyaratannya pada tahun 2030 dan seterusnya, dan jaringan komunikasi nirkabel generasi keenam (6G) diharapkan dapat memberikan cakupan global, peningkatan spektral / energi / esiensi biaya, tingkat kecerdasan dan keamanan yang lebih baik, dan lain- lain.
Untuk memenuhi persyaratan ini, jaringan 6G akan bergantung pada teknologi baru yang memungkinkan, yaitu, air interface dan teknologi transmisi serta novel-network architecture, seperti desain bentuk gelombang, multiple access, channel coding-scheme, teknologi multi- antena, network slicing, arsitektur cell-free, dan komputasi awan / cloud / edge.
Ulasan panjang tentang 6G, salah satunya ada pada artikel berjudul "Menuju jaringan komunikasi nirkabel 6G: visi, teknologi yang memungkinkan, dan perubahan paradigma baru" yang diterbitkan dalam SCIENCE CHINA Information Sciences (Vol. 64, No.1). Disusun bersama oleh Prof. Xiaohu YOU dan Prof. Chengxiang WANG dari Universitas Southeast China bersama dengan
48 pakar dan sarjana lainnya dari lembaga penelitian ilmiah, perguruan tinggi, dan perusahaan baik dalam dan luar negeri.
Empat perubahan paradigma baru Jaringan 6G
- Pertama, untuk memenuhi persyaratan cakupan global, 6G tidak akan terbatas pada jaringan komunikasi terestrial, sehingga perlu dilengkapi dengan jaringan non-terestrial seperti jaringan komunikasi satelit dan kendaraan udara tak berawak (UAV), sehingga cakupan 6G akan mencapai ruang angkasa-udara dan juga jaringan komunikasi terintegrasi di laut.
- Kedua, semua spektrum akan dieksplorasi sepenuhnya untuk lebih meningkatkan kecepatan data dan kepadatan koneksi, termasuk sub-6 GHz, gelombang milimeter (mmWave), terahertz (THz), dan pita frekuensi optik.
- Ketiga, menghadapi kumpulan data besar yang dihasilkan oleh penggunaan jaringan yang sangat heterogen, dibutuhkan skenario komunikasi yang beragam, sejumlah besar antena, bandwidth yang lebar, dan persyaratan layanan baru. Jaringan 6G akan memungkinkan berbagai aplikasi pintar baru dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi data besar. Keempat, keamanan jaringan harus diperkuat saat
- Keempat, keamanan jaringan harus diperkuat saat mengembangkan jaringan 6G.
Perkembangan Jaringan 6G Di Negara Maju
Beberapa perusahaan telekomunikasi China, seperti Huawei, ZTE, Xiaomi, dan China Telecom juga telah memulai penelitian jaringan 6G. Bahkan, Xiaomi berencana menghentikan produksi telepon seluler atau ponsel 4G di Tiongkok akhir 2020. Xiaomi akan lebih memfokuskan sumber daya mereka pada pembuatan ponsel 5G saja, sembari mengembangkan teknologi 6G. Pendiri dan CEO Xiaomi Lei Jun mengatakan bahwa Xiaomi telah memulai pra-penelitian teknologi 6G. China memulai penelitian jaringan teknologi 6G sejak November 2019 [berita dari Reuters pada November 2019], teknologi 5G sebelumnya yang berkaitan dengan ultra-fast network ini yang menjadi titik konflik utama antara Amerika Serikat dan China
Selain China negara-negara lain pun mulai mengembangkan 6G seperti Inggris, Finlandia, dan Korea Selatan. Inggris mendirikan pusat inovasi khusus untuk mengembangkan 6G di University of Surrey yang menjadi pusat inovasi kedua terkait 6G, selain Finlandia. Pusat inovasi ini berhasil mengembangkan teknologi 5G sejak 2013, dan kini universitas tersebut terus memperluas cakupannya. Di pusat inovasi itu, para peniliti memfokuskan pengembangan 6G dengan tujuan agar jaringan seluler dapat menyatukan dunia fisik dan dunia virtual. Direktur Pusat Inovasi 6G University of Surrey Profesor Rahim Tafazolli mengatakan, jaringan 5G memungkinkan virtual reality atau augmented reality, namun visual yang ditampilkan yakni video tiga dimensi. Pada teknologi 6G, akan menjadikannya empat dimensi, dan dimensi keempat adalah indera manusia.
Korea Selatan juga merupakan negara yang serius mengembangkan teknologi 6G. Mereka menginvestasikan US$ 169 juta atau setara dengan Rp 2,4 triluin selama periode 2021 dan 2026. Penerapan jaringan 6G pada proyek percontohan pada 2026 mendatang meliputi mobil otonom, teknologi imersif untuk layanan kesehatan digital, smart city, dan smart factories. Pemerintah Korea Selatan menggandeng Samsung Electronics merancang jaringan teknologi 6G.
Dalam laporannya, Samsung menyebutkan bahwa persyaratan kinerja 6G adalah kecepatan data tertinggi mencapai 1.000 Gbps dengan latensi kurang dari 100 mikrodetik. Sama seperti China, laporan Samsung juga menyebutkan bahwa kandidat teknologi yang memenuhi persyaratan jaringan 6G adalah penggunaan pita frekuensi terahertz untuk meningkatkan jangkauan sinyal.
Samsung menargetkan komersialisasi teknologi 6G pada 2028 [sumber ZDNet Juli 2020], Samsung mengatakan bahwa persatuan teknologi internasional atau International Telecommunication Union (ITU), akan mulai bekerja untuk menetapkan standar teknologi 6G pada 2021. Samsung menilai target komersialisasi teknologi 6G pada 2028 dapat tercapai, sebab secara historis periode pengembangan jaringan internet makin singkat. Pengembangan teknologi.
3G misalnya membutuhkan waktu 15 tahun, namun untuk mencapai 5G hanya memakan waktu delapan tahun. Finlandia yang telah menerapkan teknologi 5G juga sedang mengembangkan penelitian jaringan 6G. Proyek tersebut dipimpin oleh University of Oulu dan berkolaborasi dengan perusahaan internasional seperti Nokia. Melansir dari Business Finland, program 6G Flagship Finlandia ini memiliki anggaran sebesar 251 juta euro atau senilai dengan Rp 3,6 triliun selama periode 2016-2018
Sebagian dana tersebut dibiayai oleh Academy of Finland dan dioperasikan bersama dengan Nokia, VTT Technical Research Centre of Finland, Aalto University, BusinessOulu, and Oulu University of Applied Sciences. Menurut Direktur Program 6G Flagship Matti Latva-aho, program pengembangan jaringan 6G ini menawarkan peluang bisnis baru dan terbuka untuk melakukan kolaborasi. Latva-aho mengungkapkan, proyek 6G Flagship tidak hanya terbuka untuk perusahaan ICT. Terlebih proyek tersebut telah memiliki kolaborasi berkelanjutan dengan perusahaan di bidang energi, kesehatan, industri 4.0, logistic, media, transportasi, dan pengembangan smart city.
Dua perusahaan yang biasanya berseteru, yakni Apple dan Google juga menunjukan keakrabannya dalam kolaborasi dengan perusahaan lain dalam mengembangkan internet generasi selanjutnya, yaitu 6G. Apple, Google, dan LG ikut serta dalam kolaborasi yang disatukan dalam grup industri bertajuk Next G Alliance [Sumber Cnet]. Aliansi ini bertujuan untuk memajukan kepemimpinan global Amerika Utara atas jalur evolusi 5G dan pengembangan awal 6G.
Aliansi ini juga didukung oleh perusahaan yang merupakan pendiri aliansi solusi industri telekomunikasi (Alliance for Telecommunications Industry Solutions), termasuk operator Amerika Serikat AT&T, Verizon, US Cellular dan T-Mobile, serta Charter Communications. Belum lagi tambahan dukungan dari operator telekomunikasi negara lain yang juga merupakan anggota Next G Alliance dan Alliance for Telecommunications Industry Solutions, seperti operator asal Kanada yaitu Kanada Bell and Telus. Selain itu, Microsoft, Samsung, Facebook, Cisco, Ericsson, Intel, Nokia dan Qualcomm juga masuk dalam aliansi Next G Alliance ini.